Kadang kita hidup bukan sebagai diri kita.
Kita hidup sebagai versi “yang dunia mau lihat”.
Topeng kita rapi.
Senyum kita manis.
Tapi jiwa… diam.
Ia bersembunyi
di balik ego yang haus pengakuan,
di balik aturan sosial yang mengikat langkah.
Lelah boleh.
Capek juga wajar.
Tapi ingat,
kita harus kembali ke sisi yang hening,
untuk mengenal diri… lebih dalam lagi.
Lalu, di dalam hening kita, dengar suara
lembut…
jujur…
penuh kasih…
“Inilah aku. Bukan yang mereka mau, tapi yang Tuhan ciptakan sejak awal.”
Dulu aku pikir hidup hanya soal angka dan target,
hanya soal bonus, prestasi, dan pencapaian.
Tapi ternyata, manusia bukan mesin dan angka.
Manusia butuh dimengerti, didengarkan, dan dihargai.
Dan, pada momen itu,
kita pulang.
Bukan ke rumah yang punya atap,
tapi ke rumah yang letaknya di dalam hati yang bersih.
Karena ketika hati pulang,
kita bukan hanya bekerja untuk hasil,
tapi bekerja dengan hati… untuk sesama manusia.
By: Pro Astriyanti
12 Agustus 2025