Rumah Jiwa

    Kadang kita hidup bukan sebagai diri kita.
    Kita hidup sebagai versi “yang dunia mau lihat”.

    Topeng kita rapi.
    Senyum kita manis.
    Tapi jiwa… diam.

    Ia bersembunyi
    di balik ego yang haus pengakuan,
    di balik aturan sosial yang mengikat langkah.

    Lelah boleh.
    Capek juga wajar.
    Tapi ingat,
    kita harus kembali ke sisi yang hening,
    untuk mengenal diri… lebih dalam lagi.

    Lalu, di dalam hening kita, dengar suara
    lembut…
    jujur…
    penuh kasih…
    “Inilah aku. Bukan yang mereka mau, tapi yang Tuhan ciptakan sejak awal.”

    Dulu aku pikir hidup hanya soal angka dan target,
    hanya soal bonus, prestasi, dan pencapaian.
    Tapi ternyata, manusia bukan mesin dan angka.
    Manusia butuh dimengerti, didengarkan, dan dihargai.

    Dan, pada momen itu,
    kita pulang.
    Bukan ke rumah yang punya atap,
    tapi ke rumah yang letaknya di dalam hati yang bersih.

    Karena ketika hati pulang,
    kita bukan hanya bekerja untuk hasil,
    tapi bekerja dengan hati… untuk sesama manusia.

    By: Pro Astriyanti
    12 Agustus 2025

    SUCCESS LIMIT UPGRADE

    E-Training yang kami persembahkan untuk Anda, GRATIS SAMPAI TUNTAS!! Dapatkan juga 2 Audio Terapi Navigasi Pikiran dan 3 Workbook praktek dengan GRATIS TOTAL!!

    Note: Anda juga bisa mendaftar E-Training Gratis ini melalui member kami yang membagikan link web ini

    Artikel Terkait:

    Cerdas Emosional Bukan Mati Rasa: Berhenti Pura-Pura Kuat

    (Sebuah kisah pribadi dan panduan memimpin emosi)Meluruskan yang sering...

    Di Atas Bahtera Sang Nakhoda

    Aku hanyalah pelaut mudayang suatu hari diundang naik ke...

    Ego vs Intuisi: Catatan Perjalanan Saya dari Ambisi ke Pasrah

    Dalam hidup ini, kita semua pernah berdiri di persimpangan...

    Untukmu, Para Jiwa di Prommunity

    Pertemuan ini, bukan sembarang singgah—ia seperti bait doa yang...