Di Atas Bahtera Sang Nakhoda

    Aku hanyalah pelaut muda
    yang suatu hari diundang naik ke atas bahtera
    oleh seorang nakhoda agung.

    Ia bukan sekadar pemimpin kapal,
    ia adalah lautan yang jernih,
    yang gelombangnya tak pernah memukul tanpa alasan,
    yang hembusan anginnya selalu membawa arah pulang.

    Darinya, aku belajar membaca bintang,
    mendengar bahasa ombak,
    dan memahami bahwa samudra bukan sekadar air—
    ia adalah cermin yang memantulkan cahaya langit
    ke dalam hati.

    Namun pada suatu malam,
    langit memperlihatkan padaku sebuah peta
    yang tak pernah kulihat sebelumnya.
    Rutenya aneh, jalannya berliku,
    tak sesuai garis yang kupahami.

    Tetapi selama tanganku masih menggenggam tali kemudi
    bersama Sang Nakhoda,
    aku tetap percaya
    bahwa ia tahu arah yang dituju.

    Hari-hari berlalu,
    ombak semakin tinggi,
    badai datang tanpa tanda.
    Sejenak aku meragukan:
    Apakah ia masih tahu jalan?
    Atau kapal ini sedang tersesat?

    Logikaku mulai mendebat arah angin,
    meragukan setiap tarikan layar.
    Hingga aku lelah berperang dengan pikiranku sendiri
    dan memilih bersujud di geladak,
    berbisik pada Pemilik Lautan.

    Di situlah jawabannya datang
    seperti fajar yang memecah malam:
    “Nakhodamu tak berpaling dari-Ku.
    Ia berlayar di jalur yang Aku restui.
    Tetaplah di atas kapal ini.”

    Maka aku mengerti—
    bahwa badai bukanlah tanda kita salah,
    melainkan ujian agar kita lebih erat berpegangan.

    Selama Sang Nakhoda setia pada kompas langit,
    aku, sebagai pelaut,
    akan meniti gelombang bersamanya
    hingga pelabuhan terakhir—
    tempat lautan dan cahaya
    bertemu dalam damai abadi.

    SUCCESS LIMIT UPGRADE

    E-Training yang kami persembahkan untuk Anda, GRATIS SAMPAI TUNTAS!! Dapatkan juga 2 Audio Terapi Navigasi Pikiran dan 3 Workbook praktek dengan GRATIS TOTAL!!

    Note: Anda juga bisa mendaftar E-Training Gratis ini melalui member kami yang membagikan link web ini

    Artikel Terkait:

    Cerdas Emosional Bukan Mati Rasa: Berhenti Pura-Pura Kuat

    (Sebuah kisah pribadi dan panduan memimpin emosi)Meluruskan yang sering...

    Ego vs Intuisi: Catatan Perjalanan Saya dari Ambisi ke Pasrah

    Dalam hidup ini, kita semua pernah berdiri di persimpangan...

    Rumah Jiwa

    Kadang kita hidup bukan sebagai diri kita.Kita hidup sebagai...

    Untukmu, Para Jiwa di Prommunity

    Pertemuan ini, bukan sembarang singgah—ia seperti bait doa yang...