Setiap manusia memiliki belief yang menjadi dasar cara mereka memandang diri sendiri dan dunia. Dari satu belief, seseorang bisa menciptakan banyak rule yang akhirnya membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku. Untuk memahami lebih dalam, mari kita lihat beberapa contoh nyata dalam kehidupan (Catatan: Nama-nama di bawah ini adalah ilustrasi semata, bukan nama yang sebenarnya, mohon maaf apabila terdapat kesamaan nama)
Hendra dan Perjuangan Mencari Harga Diri
Hendra tumbuh dengan sebuah belief yang berkata, “Aku tidak berharga dan lemah.” Belief ini mengakar begitu kuat sehingga membentuk berbagai rule yang digunakannya untuk melindungi diri. Rasa tidak berharga mencerminkan konsep diri yang buruk, yang pada akhirnya memengaruhi bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri dan berinteraksi dengan dunia.
Konsep diri terdiri dari tiga elemen utama: self-ideal (gambaran diri ideal), self-image (bagaimana kita melihat diri sendiri), dan self-esteem (rasa harga diri). Ketiga elemen ini menentukan bagaimana perasaan kita terhadap diri sendiri, bagaimana kita merespons emosi, dan bagaimana kita mengambil keputusan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan hingga hubungan sosial.
Dengan belief bahwa dirinya tidak berharga dan lemah, Hendra takut ditolak oleh orang lain. Untuk merasa “aman” dan “terlindungi,” ia membangun sejumlah rule dalam hidupnya:
- Jangan biarkan orang lain mengenalmu terlalu dekat.
- Selalu tampil rapi agar terlihat kuat.
- Hindari konflik sebisa mungkin.
- Buat semua orang senang, jika tidak, mereka akan menolakmu.
- Harus sangat kompeten dalam segala hal, kalau tidak, orang akan meremehkanmu.
- Jangan berbagi perasaan dengan siapa pun. Tak ada yang mau mendengarnya.
- Jangan pernah meminta bantuan. Tak ada yang peduli padamu.

Dapat kita lihat, belief yang ia miliki menciptakan kumpulan rule yang kemudian menjadi kompas psikologisnya. Semua rule ini dibuat untuk melindungi dirinya dari perasaan ditolak, yang ia yakini sebagai bukti bahwa ia tidak berharga.
Namun, bagaimana dengan pencapaian hidupnya? Dengan belief ini, apakah Hendra bisa sukses? Apakah ia bisa berkembang dalam aspek finansial, hubungan, dan emosional?
Hendra mungkin akan bekerja sangat keras demi mencapai status sosial yang terhormat. Ia mungkin rela mengorbankan banyak hal demi tampilan luar yang mengesankan—pakaian mahal, senyum hangat yang dibuat-buat, cara bicara yang elegan—semua demi satu tujuan: agar orang lain mengaguminya dan tidak melihat kelemahannya yang sebenarnya.
Namun, jauh di dalam hatinya, Hendra tetap merasa sendirian. Ia percaya bahwa jika seseorang mengenalnya lebih dekat, mereka akan melihatnya sebagai sosok yang lemah dan tidak berharga. Rasa tidak percaya diri ini mendorongnya untuk memakai topeng dan menjauh dari orang lain. Pada akhirnya, ia merasa kesepian dan yakin bahwa tak ada yang benar-benar mencintainya.
Dona dan Rasa Takut Akan Kegagalan
Seorang wanita bernama Dona memiliki belief yang berkata, “Aku tidak kompeten.” Dari belief ini, lahirlah berbagai rule yang bertujuan untuk melindungi dirinya dari rasa tidak mampu:
- Jangan pernah mengambil keputusan secara terbuka.
- Jangan mengejar impian secara terang-terangan, karena kamu pasti akan gagal.
- Jangan bermimpi terlalu besar, karena jika gagal, kamu akan sangat terluka.
- Jangan berharap terlalu tinggi dalam hubungan. Jika seseorang menyukaimu, terima saja tanpa banyak pertimbangan.
- Jangan mencoba hal baru, karena kamu akan gagal dan dipermalukan.
- Lebih baik tidak melakukan apa-apa daripada mengambil risiko dan gagal.
Lihatlah, rule yang dipegang Dona justru membuatnya semakin tidak kompeten. Karena ia menghindari risiko dan tidak berani mengambil keputusan besar, ia tidak mengalami pertumbuhan. Akibatnya, hidupnya stagnan dan tidak berubah.

Rani dan Ketakutannya Terhadap Dunia
Rani memiliki belief bahwa dunia ini adalah tempat yang tidak aman dan ia sendiri tidak kompeten untuk menghadapinya. Kombinasi belief ini menghasilkan berbagai rule yang semakin memperkuat ketakutannya:
- Jangan pergi ke tempat yang tidak dikenal, karena akan membuatmu panik.
- Jangan biarkan orang lain menolongmu, mereka pasti menginginkan imbalan.
- Jangan olahraga berat, jantungmu bisa berdebar kencang dan itu menakutkan.
- Jangan naik pesawat, kamu akan ketakutan.
- Jangan pergi ke mal, itu tempat yang ramai dan penuh orang asing.
- Lebih baik membeli mobil baru daripada mengendarai mobil lama yang bisa saja rusak di jalan.
Semua rule ini dibuat Rani untuk memberikan ilusi keamanan. Namun, sebenarnya, rule ini hanya memperkuat ketakutannya dan membuatnya semakin sulit untuk menjalani hidup secara bebas.

Bagaimana Belief dan Rule Menjadi Konstitusi Diri Kita
Setiap belief, terutama yang bersifat mendasar, berperan sebagai konstitusi pribadi. Seperti halnya sebuah negara memiliki undang-undang agar masyarakat bisa hidup dengan nyaman dan aman, kita juga memiliki belief dan rule yang kita gunakan sebagai panduan menjalani kehidupan.
Namun, apakah setiap rule yang kita buat itu baik untuk kita? Banyak orang begitu mencintai rule-nya hingga mereka takut mengubahnya, meskipun aturan itu merugikan mereka. Mereka mengidentifikasi diri mereka dengan rule yang mereka buat, bahkan ketika aturan itu membatasi kebahagiaan dan kesuksesan mereka.
Namun, perlu diingat: kitalah yang menciptakan rule tersebut. Maka, kita juga memiliki hak untuk mengubahnya. Jika suatu rule tidak lagi mendukung pertumbuhan kita, sudah waktunya untuk mempertanyakan dan mengubahnya.
Dunia tidaklah semengerikan itu.
Kita tidaklah selemah yang kita kira.
Dan kita lebih berharga dari yang kita sadari.
Jika Anda ingin belajar lebih lanjut tentang bagaimana cara memahami dan mengubah belief serta rule Anda untuk meraih pertumbuhan yang lebih baik, Prommunity hadir untuk memberikan pembelajaran yang lebih lengkap dan terstruktur. Bergabunglah dengan kami untuk memperdalam pemahaman dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi halangan pribadi yang Anda hadapi, dan temukan cara untuk mencapai potensi terbaik Anda.
< Sebelumnya: Makna dan Kekuatan VALUE dalam Hidup Kita