Apa sebenarnya arti dari belief? Pertanyaan ini pernah menghantui saya bertahun-tahun lalu. Banyak orang berbicara tentang belief, tetapi penjelasan mereka sering terasa kurang memuaskan.
Menurut Ensiklopedia Encarta, belief berarti:
- Penerimaan terhadap kebenaran sesuatu, sering kali berdasarkan perasaan emosional atau spiritual.
- Kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu memiliki kualitas yang baik atau efektif.
Secara sederhana, belief adalah sesuatu yang kita percayai sepenuh hati. Dan ketika kita mempercayainya sebagai sesuatu yang benar, mengubahnya menjadi sangat sulit. Mengapa demikian? Karena itulah kodrat manusia. Masih ingat konsep homeostasis yang saya jelaskan sebelumnya?
Belief tak lain adalah sebuah klaim, pernyataan, atau gagasan. Anda mungkin berpikir, “Bukankah kita bisa membuat klaim tanpa benar-benar mempercayainya? Itu artinya, kita meragukan atau bahkan tidak percaya pada apa yang kita katakan.”
Benar sekali. Untuk suatu pernyataan bisa disebut sebagai belief, harus ada dua elemen: klaim dan respon terhadap klaim itu. Respon itu adalah “Saya percaya ini benar”. Kita menyebutnya sebagai sebuah persetujuan. Jadi, diperlukan dua hal utama untuk membentuk sebuah belief: klaim atau gagasan dan persetujuan terhadapnya. Jika dituliskan dalam persamaan:
Gagasan/Klaim/Pernyataan + Persetujuan = Belief
Dari sini, jelas bahwa gagasan dan persetujuan adalah dua hal berbeda. Selain itu, kekuatan belief juga tergantung pada seberapa kuat tingkat persetujuan kita terhadap gagasan tersebut. Semakin besar persetujuan kita, semakin kuat pula belief itu dalam diri kita.
Misalnya, kita sering mendengar seseorang berkata, “Ah, itu mudah sekali.” Apa makna di baliknya? Kalimat itu sesungguhnya menunjukkan betapa kuatnya persetujuan mereka terhadap gagasan bahwa sesuatu memang mudah dilakukan.

Proses Terbentuknya Belief
Apakah pembahasan tentang belief sesederhana itu? Tentu saja tidak. Ketika belief berubah menjadi sistem belief, segalanya menjadi lebih rumit. Sistem belief adalah jaringan dari berbagai belief yang saling berkaitan dan membentuk pandangan hidup kita secara utuh.
Lalu, dari mana belief itu berasal? Mengapa kita memiliki belief yang kadang mendukung kita tetapi di lain waktu justru menghambat?
Seiring perjalanan hidup, kita mempelajari belief dari:
- Budaya di mana kita hidup
- Keluarga yang membesarkan kita
- Media massa dan lingkungan sosial
- Pengalaman, baik yang positif maupun negatif
Saat kita lahir, kita tidak membawa belief apa pun. Belief yang kita miliki sekarang terbentuk seiring proses pertumbuhan dari bayi hingga dewasa. Awalnya, kita tidak memiliki persepsi tentang diri kita sendiri ataupun orang lain.
Kita membangun belief, nilai-nilai, tujuan hidup, gaya hidup, hingga cara pandang yang terbatas melalui pengalaman yang tertanam dalam alam bawah sadar kita. Psikolog sering menyebut program bawah sadar ini sebagai life script atau skenario kehidupan.
Belief yang Tertanam Sejak dalam Kandungan
Sahabat pembaca, apakah Anda percaya bahwa belief bisa tertanam dalam diri seorang anak bahkan sejak ia berada dalam kandungan ibunya?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para pakar teknologi pikiran dan hipnoterapis telah mengungkapkan fakta penting: memori atau ingatan manusia sudah aktif bahkan ketika ia masih berada di dalam rahim.
Secara spesifik, sejak usia kehamilan memasuki bulan ketiga, janin mulai mampu merekam pengalaman yang dirasakan. Anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya, anak yang dianggap sebagai beban, anak yang pernah direncanakan untuk digugurkan, hingga anak perempuan yang lahir saat orang tuanya mengharapkan laki-laki—semua ini terserap dan tersimpan dalam ingatannya.

Dampak Belief terhadap Kehidupan
Bayangkan bagaimana sebuah gagasan sederhana dapat menjadi dasar belief yang terus melekat sepanjang hidup seseorang. Setiap kali ia mengalami tantangan, belief ini akan berbisik di benaknya, memperkuat rasa ragu atau bahkan menghambat langkahnya untuk maju.
Namun, berita baiknya adalah belief bukanlah sesuatu yang permanen. Dengan kesadaran dan usaha yang tepat, belief bisa diubah, diperbarui, bahkan ditransformasikan menjadi kekuatan baru yang mengubah hidup Anda secara radikal.
Kesimpulan: Kunci Ada di Tangan Anda
Belief adalah pondasi di mana seluruh hidup Anda dibangun. Jika pondasi itu lemah atau penuh retakan, Anda akan merasa terjebak dalam pola hidup yang sama. Tetapi jika Anda bersedia menggali lebih dalam, mengidentifikasi belief yang salah, dan menggantinya dengan yang lebih memberdayakan, maka Anda sedang membuka jalan menuju transformasi luar biasa.
Pelajari Lebih Lanjut di Prommunity
Apa yang telah Anda baca di artikel ini hanyalah permulaan. Jika Anda ingin memahami dan menerapkan konsep belief secara lebih mendalam, terstruktur, dan efektif, bergabunglah dengan Prommunity. Di komunitas ini, Anda akan mendapatkan panduan langkah demi langkah untuk mengenali, mengubah, dan memperkuat belief yang dapat mendukung pertumbuhan dan kesuksesan Anda.
Jangan biarkan belief lama membatasi potensi Anda. Saatnya mengambil kendali penuh atas hidup Anda bersama Prommunity!
< Sebelumnya: Mindset: Memahami Pikiran untuk Mengubah Hidup
> Selanjutnya: Tiga Tahun Pertama: Fondasi Kritis yang Tak Tergantikan