Sulit Menurunkan Berat Badan? Jawabannya Lebih dari Sekadar Makan dan Kurang Gerak

    Beberapa waktu lalu, saya mengikuti sebuah webinar kesehatan tentang water fasting. Narasumbernya membahas sesuatu yang membuka perspektif baru bagi saya tentang kenapa orang kegemukkan sulit menurunkan berat badan.

    Saat sesi dimulai, kami diberikan sebuah pertanyaan sederhana:

    “Mengapa orang gemuk sulit menurunkan berat badan?”

    Jawaban yang muncul dari peserta hampir semuanya sama:
    “Karena mereka banyak makan dan kurang gerak.”
    “Karena kalorinya terlalu berlebih.”
    “Kurangi makan, perbanyak olahraga, pasti turun.”

    Saya pun awalnya berpikir begitu. Namun ternyata, jawaban itu hanyalah proximate cause atau penyebab yang terlihat di permukaan.

    Ada penyebab yang lebih dalam, lebih fundamental—ultimate cause—yang sering kali luput dari perhatian kita.

    Dan ketika menyimak Live Instagram Prommunity bersama dr. Rina Adeline, SpMK., MKes., ABAARM., FisQua., ISSCA. Penjelasannya lebih lengkap lagi dan saya akan rangkum di artikel ini.

    Ketika Gut Mengendalikan Kita

    Salah satu penyebab utama sulitnya menurunkan berat badan adalah craving dan stres, yang ternyata sangat berkaitan dengan kesehatan microbiome dalam usus kita.

    Ya, usus kita bukan sekadar organ pencernaan, tetapi bisa disebut sebagai “otak kedua” atau gut. Di dalamnya terdapat triliunan mikrobiota yang berperan besar dalam menentukan apa yang kita inginkan, bagaimana kita merespons stres, bahkan bagaimana perasaan kita sehari-hari.

    Ketika seseorang mengalami stres, usus akan mengirim sinyal ke otak untuk mencari guilty pleasure food—makanan yang terasa menyenangkan tetapi sering kali membuat kita merasa bersalah setelahnya.

    🍕 Pizza
    🍔 Burger
    🍩 Donat
    🧁 Kue manis

    Dan kita sering kali menyerah pada dorongan itu.

    Padahal, yang sebenarnya meminta makanan-makanan tersebut bukanlah “kita”, tapi microbiome dalam usus kita.

    Bayangkan tubuh kita seperti sebuah pabrik.

    Jika pekerjanya baik, mereka akan meminta bahan baku yang baik, yaitu makanan sehat.
    Jika pekerjanya buruk, mereka akan meminta bahan baku yang buruk, yaitu makanan olahan, tinggi gula, dan karbohidrat sederhana.

    Jadi, saat kita terus mengonsumsi makanan tidak sehat, kita memperkuat microbiome yang buruk, yang kemudian terus meminta makanan yang sama. Akhirnya, lingkaran setan craving dan berat badan yang sulit turun pun terjadi.

    Lalu, bagaimana cara kita bisa keluar dari siklus ini?

    Solusi: 3R untuk Mengatur Ulang Microbiome

    Untuk menghilangkan microbiome buruk dan menggantinya dengan yang baik, ada protokol 3R yang bisa dilakukan:

    1. Remove – Mengeluarkan Bakteri Jahat

    Langkah pertama adalah menghilangkan microbiome buruk dengan water fasting selama minimal 48 jam.

    Saat kita berpuasa, microbiome jahat tidak mendapat asupan makanan yang biasa mereka konsumsi (seperti gula dan karbohidrat olahan), sehingga mereka melemah dan mati.

    Selain itu, puasa juga membantu tubuh melakukan proses autophagy, yaitu membersihkan sel-sel rusak dan memperbaiki metabolisme.

    2. Replace – Mengganti dengan Microbiome Baik

    Setelah fase remove, langkah selanjutnya adalah mengisi usus dengan microbiome baik dari makanan yang mengandung probiotik dan prebiotik.

    Probiotik: Makanan yang mengandung bakteri baik (misalnya yogurt, kimchi, tempe, kefir).
    Prebiotik: Makanan yang memberi makan bakteri baik (misalnya bawang putih, bawang merah, pisang hijau, asparagus).

    Kombinasi dari probiotik dan prebiotik ini akan menghasilkan postbiotic, yaitu zat yang dihasilkan oleh microbiome baik dan bermanfaat bagi tubuh.

    3. Restore – Menjaga Keseimbangan dengan Diet Ketobiotic

    Langkah terakhir adalah memastikan microbiome baik tetap hidup dengan menerapkan diet ketobiotic.

    Diet ini cukup ketat karena ada beberapa makanan yang harus dihindari sementara, terutama bagi mereka yang mengalami gangguan metabolisme atau penyakit degeneratif.

    Selama fase restore, kita menghindari:
    🚫 Gula dan turunannya
    🚫 Semua buah (kecuali alpukat)
    🚫 Umbi-umbian
    🚫 Nasi
    🚫 Semua jenis tepung dan turunannya

    Tapi tenang!
    Diet ketobiotic ini bukan untuk selamanya, hanya sampai metabolisme tubuh membaik dan microbiome sehat sudah dominan.

    Tanda-Tanda Tubuh Mulai Membaik

    Ketika microbiome sehat sudah mendominasi, tubuh kita akan memberikan tanda-tanda berikut:

    Lidah lebih sensitif terhadap rasa alami makanan
    Mudah kenyang, sehingga tidak mudah makan berlebihan
    Berat badan lebih stabil, tidak gampang naik lagi
    BAB lancar, menandakan pencernaan sehat
    Indera lebih tajam, termasuk penciuman dan penglihatan

    Saat sudah mencapai fase ini, kita bisa kembali makan lebih fleksibel—tetap dengan pola makan yang sehat dan seimbang.

    Kesimpulan: Bukan Sekadar Kalori Masuk vs Kalori Keluar

    Selama ini kita berpikir bahwa menurunkan berat badan hanya soal makan lebih sedikit dan bergerak lebih banyak.

    Padahal, masalah utamanya ada di dalam usus kita.

    🔹 Jika microbiome buruk mendominasi, kita akan terus craving makanan tidak sehat, mengalami stres, dan sulit menurunkan berat badan.
    🔹 Jika microbiome baik yang mendominasi, tubuh akan lebih mudah mengatur nafsu makan, meningkatkan metabolisme, dan menjaga berat badan ideal secara alami.

    Jadi, solusi jangka panjangnya bukan sekadar diet ketat atau olahraga berlebihan, tetapi memperbaiki microbiome dalam usus agar tubuh kita secara alami lebih sehat dan seimbang.

    Untuk memahami lebih mendalam dan mendapatkan langkah-langkah yang lebih terstruktur, Anda dapat belajar lebih lanjut melalui Prommunity dan memanfaatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang kesehatan dan keseimbangan tubuh.

    SUCCESS LIMIT UPGRADE

    E-Training yang kami persembahkan untuk Anda, GRATIS SAMPAI TUNTAS!! Dapatkan juga 2 Audio Terapi Navigasi Pikiran dan 3 Workbook praktek dengan GRATIS TOTAL!!

    Note: Anda juga bisa mendaftar E-Training Gratis ini melalui member kami yang membagikan link web ini

    Artikel Terkait:

    Rahasia Kulit Sehat: Kapan dan Bagaimana Cara Membersihkan Wajah dengan Benar?

    Pernahkah kamu merasa kulit wajahmu masih kusam meski sudah...

    Sering Masak? Inilah Awal Perjalanan Kecantikan yang Terkikis Tanpa Sunscreen

    Pernahkah Anda merasakan kulit yang terasa terbakar setelah berlama-lama...

    dr. Sigit Setyawadi, SpOG: Mengabdikan Hidup untuk Kesehatan, Kesejahteraan, dan Kemakmuran Bersama

    Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sering kali diwarnai dengan...

    Mager, Rebahan, Indonesia Predikat Negara Paling Malas Jalan Kaki di Dunia

    Sebagai orang Indonesia, pasti kita akrab dengan istilah seperti...