Saat sebuah belief terbentuk, ada dua mekanisme alami yang bekerja untuk menjaganya tetap hidup dan bahkan semakin kuat. Proses pertama dikenal sebagai bias konfirmasi, yaitu kecenderungan kita untuk hanya menerima atau memperhatikan informasi yang sesuai dengan belief yang kita miliki. Sebaliknya, jika ada informasi yang bertentangan dengan belief tersebut, kita cenderung mengabaikannya—padahal belum tentu informasi itu salah.

Bias konfirmasi berfungsi seperti penyaring yang memfilter informasi yang masuk ke dalam pikiran kita. Ini disebut juga validasi subjektif atau efek validasi personal. Tanpa kita sadari, proses ini sering kali membuat kita mengabaikan potensi perubahan atau peluang baru hanya karena “tidak sesuai” dengan belief lama kita.

Namun, perlu disadari, tidak ada belief yang benar-benar positif atau negatif secara absolut. Jika kita melihat lebih dalam, setiap belief terbentuk karena ada tujuan tertentu, bahkan jika itu terasa membatasi kita. Cara terbaik untuk menilai belief adalah dengan mengamati bagaimana dampaknya terhadap hidup kita.
- Belief positif membantu kita mencapai kesuksesan dan kebahagiaan.
- Belief negatif, sebaliknya, menghambat langkah kita menuju tujuan tersebut.

Struktur Penopang Belief
Sebuah belief bisa diibaratkan seperti meja, yang berdiri kokoh di atas “kaki-kaki” penopang. Kaki-kaki ini adalah berbagai bukti atau pembenaran yang mendukung belief tersebut. Sumbernya beragam:
- Data atau fakta, baik dari sumber yang kredibel maupun tidak.
- Pengalaman pribadi atau pendapat orang lain.
- Kesimpulan yang kita ambil dari peristiwa tertentu.
- Makna yang kita berikan pada pengalaman atau kejadian yang kita alami.
Misalnya, seseorang yang memiliki belief negatif bahwa “Saya tidak mampu berbicara di depan umum,” akan hanya memperhatikan pengalaman-pengalaman atau bukti yang memperkuat belief-nya itu. Saat diminta berbicara, ia akan merasa cemas, tidak maksimal dalam persiapan, dan akhirnya mengalami kegagalan. Kegagalan ini menjadi bukti baru yang semakin memperkuat belief-nya tersebut.
Navigasi Mental: Penunjuk Arah dalam Ketidakpastian
Mekanisme kedua yang mendukung belief disebut navigasi mental. Navigasi mental adalah panduan psikologis yang kita gunakan saat menghadapi situasi sulit, tidak pasti, atau membingungkan.
Ketika kita dihadapkan pada situasi yang tidak kita pahami atau yang membuat kita cemas, pikiran secara otomatis mencari ingatan, asumsi, atau informasi yang relevan untuk membantu mengambil keputusan. Dengan kata lain, belief bertindak sebagai navigasi mental yang menentukan langkah kita di tengah ketidakpastian.

Contoh Nyata:
Bayangkan Anda tiba-tiba diminta berbicara di depan umum tanpa persiapan. Ketika merasa cemas, pikiran Anda akan langsung mengacu pada pengalaman masa lalu. Mungkin Anda ingat pernah gagal berbicara di sebuah acara beberapa tahun lalu, meskipun saat itu Anda sudah mempersiapkan diri dengan baik. Ingatan tersebut menimbulkan pemikiran seperti, “Waktu itu saja saya sudah gagal, apalagi sekarang tanpa persiapan. Pasti saya akan lebih buruk.”
Keyakinan ini menguatkan rasa takut Anda untuk berbicara di depan umum. Akibatnya, jika Anda tetap dipaksa tampil, perasaan gugup dan kurang percaya diri membuat Anda sulit berbicara dengan lancar, sehingga pengalaman tersebut berakhir seperti yang Anda yakini sebelumnya. Hasil akhirnya menjadi bukti baru yang mempertegas belief Anda bahwa, “Saya memang tidak bisa berbicara di depan umum.”
Siklus Penguatan Belief: Positif vs Negatif
Pola yang sama berlaku pada belief positif dan negatif:
- Belief negatif mendorong kita untuk membuat upaya minimal karena kita sudah “yakin” akan kegagalan. Ketika hasilnya tidak maksimal, pengalaman ini semakin memperkuat belief tersebut. “Lihat kan? Saya memang tidak bisa.”
- Belief positif, di sisi lain, memotivasi kita untuk memberikan upaya terbaik. Ketika upaya ini menghasilkan hasil yang diharapkan, pengalaman tersebut memperkuat belief positif, sehingga kita semakin percaya pada kemampuan diri sendiri.


Refleksi: Bagaimana Belief Mempengaruhi Hidup Kita?
Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah:
- Apa belief yang kita miliki saat ini?
- Bagaimana belief tersebut membentuk cara kita berpikir, memengaruhi persepsi kita, dan menentukan arah hidup kita?
Apa yang telah Anda baca di artikel ini hanyalah permulaan. Jika Anda ingin memahami dan mengelola belief secara lebih mendalam, terstruktur, dan sistematis, bergabunglah dengan Prommunity. Di dalam komunitas ini, Anda akan mendapatkan pembelajaran yang lebih lengkap, praktik yang terarah, serta dukungan dari mentor dan sesama anggota untuk membantu Anda membangun belief yang lebih positif dan memberdayakan.
< Sebelumnya: Fase Anak > Remaja > Dewasa: Mengurai Jejak Belief Masa Kecil ke Masa Depan
> Selanjutnya: Belief Global: Dasar Pemikiran yang Menentukan Arah Hidup Anda